Pembeli awam mengira yang dibeli adalah berlian, padahal bukan. "Hati-hatilah, kalau tak mengertibisa menanyakan pada penjualnya apa yang tertulis disitu. Masalahnya apakah ada orang seteliti itu mau bertanya," kata Mahardi Paramita, yang berpengalaman lebih dari 50 tahun di bidang batu permata.

Setelah menamatkan pendidikan di University of Hawaii pada 1969, dia melanjutkan studi untuk mendalami soal berlian di Gemological Institute of America pada 1981. Mahardi pula yang mendirikan Adamas Gemological Laboratory of Indonesia (1983) dan Institute Gemology Paramita (1989), keduanya mendalami persoalan berlian.

Meski Belanda dan Belgia dianggap sebagai pusatnya pasar berlian, namun factor keamanan karena letak geografis yang jauh dari Indonesia juga perlu dipertimbangkan. Apalagi membeli berlian di Tanah Air juga tidak kalah memuaskan.

Mahardi mengingatkan bila memang untuk investasi, carilah berlian dengan kualitas tertentu. "Pada produk tertentu yang dianggap langka kenaikannya bisa berlipat ganda."

Paling tidak kalau ada klaim atau ketidakpuasan gampang mengurusnya. Di Eropa, menurut Mahardi, harga berlian 2,5 kaIi lebih mahal ketimbang beli di Indonesia. Malah, pedagang berlian Eropa juga impor.

"Tapi pengasahan berlian terkonsentrasi di India. Perusahaan Belgia juga cutting di India. Mereka lebih skillful. Untuk skill yang sama biayanya lebih murah di India dibandingkan mereka kerjakan di Eropa," ujarnya seraya menambahkan di India sedikitnya dua juta orang bekerja dalam pengasahan berlian sejak 1990-an.

Mahardi Paramita bersama peserta pelatihan "Diamond Grading" dari Perum Pegadaian

Berbicara soal berlian, Mahardi dan kawan-kawan seprofesi tak bosan-bosannya memberikan edukasi kepada masyarakat soal berlian dan tiruannya termasuk lewat seminar terbatas. Pasalnya, bukan rahasia lagi banyak orang terkecoh soal berlian, termasuk pedagang. Ketika dibawa ke laboratorium ternyata terbukti palsu. "Ada yang memang mau mengaku mereka salah, tapi ada juga yang malu menyimpan berlian palsu." Pendidikan soal berlian ini tidak bisa dipandang remeh. Dengan beretorika, Mahardi mempersoalkan bagaimana mungkin bisinis berlian di Tanah Air bisa berkembang bila masyarakat sendiri buta soal batu permata itu. "Jadi, masyarakat harus tahu sebelum mereka membeli. Sudah ada berlian tertentu di benak mereka dan ketika membeli bisa menanyatakan pertanyaan yang tepat," tutur Mahardi. Jika Anda berkunjung ke Institute Gemology Paramita, tak hanya orang dewasa yang belajar tentang berlian dan batu permata. Ada pula siswa siswa SMP, ibu rumah tangga, dokter, insinyur, arsitek maupun berbagai profesi lainnya. Leticia Paramita, instruktur di Institute Gemology Paramita, mengemukakan pihaknya segera membuat pelajaran berlian bagi anak-anak usia sekolah dasar. "Ini kan hobi. Jadi, wajar bila mereka datang dari berbagai kalangan."