Article - Internal
Leticia Paramita Si Jelita Ahli Batuan & Perhiasan
Date : 23-10-2005
  Leticia Paramita

Leticia Paramita bersama karya-karyanya
Tak banyak ahli tentang batu-batu berharga seperti dara jelita berusia 30 tahun ini. Selain mengajar tentang ilmu batu mulia di Institute Gemology Paramita, ia juga dikenal sebagai perancang perhiasan yang piawai.

Sebenarnya apa, sih, yang dipelajari ilmu Gemology? Ilmu yang mempelajari tentang batu-batu permata dan intan yang bisa dijadikan perhiasan. Di institut ini, kami juga memiliki alat-alat untuk mengidentifikasi batu dan cara pengujiannya. Jadinya seperti detektif, lo. Setelah melakukan serangkaian tes, kita baru bisa mengambil kesimpulan apakah itu batu mulia. Cara melihatnya juga dengan memakai pembesaran sebanyak 10 kali. Makanya di Institute Gemology Paramita ini harus banyak latihan dan praktik.

Apa yang membuat Anda tertarik menekuni Gemology? Awalnya saya memang tak berminat. Saya lebih tertarik kuliah jurusan Hubungan Internasional di Universitas pajajaran, Bandung. Usai kuliah, saya sempat kerja di beberapa tempat. Tapi saya, kok, bosan. Nah, memang dasar sudah jodoh, akhirnya saya jadi melirik profesi ayah saya. Ayah, Mahardi Paramita, sudah 30 tahun bergelut di bidang Gemology. dia seorang pakar permata lulusan Gemology Institute of America (GIA).

Jangan salah, lo, saya tidak merasa dipaksa orangtua. Saya pikir, saya punya kesempatan banyak belajar yang mungkin tak banyak orang bisa mempelajarinya. Tahun 2002, saya menekuni bidang ini dengan belajar di Asian Institute of Gemological Science (AIGS) Thailand. Saya menyelesaikan pendidikan selama delapan bulan. Begitu selesai, saya sempat kerja tiga bulan di perusahaan batu mulia.

Lantas? Saya enggak betah kerja di sana, makanya saya memutuskan pulang ke Indonesia. Selain itu, di sana saya tidak pernah praktik, jadi kapan praktiknya. Keahlian saya di bidang batu, tapi tak pernah berinteraksi dengan batu. Saya takut, kalau tak praktik, ilmunya bisa lupa.

Apa yang Anda lakukan sampai di Jakarta? Saya makin mempartajam keahlian saya, tentu saja dengan ayah sendiri. Setelah dirasa cukup mampu, saya langsung ditugaskan ayah sebagai pengajar di institut. Sampai sekarang, saya sudah dua tahun bergabung disana.

Anda bisa begitu cepat jadi pengajar di institute itu? Saya, kan, meneruskan usaha ayah saya. Namun, bukan berarti saya tak memiliki keahlian di bidang gemology. Kalau saya tak tahu apa-apa, tentu publik tak mau mempercayai saya. Lagi pula di Indonesia saat ini, cuma tempat kami satu-satunya yang mengajarkan bidang ini.

Bagaimana minat masyarakat terhadap ilmu Gemology? Dari tahun ke tahun, ternyata minat masyarakat semakin tinggi. Apalagi di era tahun 80-an, masyarakat sudah tahu tentang tren prhiasan. Mulai dari pemilik toko perhiasan, calon pemilik, dan penggemar permata, sampai masyarakat luas. Mereka berlomba-lombaingin pofesional di bidang ini. Institut kami pun belakangan ini mulai banyak dilirik orang.

Sejak itu, ayah sudah tak sanggup lagi menjalankan institut sendirian. Dia perlu dibantu. Selain saya, ayah juga dibantu kakak saya, Sumarni Paramita, dan adik saya Delfina Paramita. Mereka berdua khusus ditugaskan di labolatorium yang mereka namakan Adamas Gemological labolatory (AGL), sebuah labolatorium yang khusus memeriksa dan menguji kualitas berlian dan batu permata. selain itu, juga mengeluarkan surat sertifikat lokal untuk batu-batu yang sudah dicek.

Apa saja pelajaran yang disampaikan kepada para murid? Awalnya saya mulai memberi pelajaran bagaimana analisisdiamond reading yakni bagaimana mengidentifikasi batu-batu. Saya lebih menyarankan belajar praktik ketimbang teori. Kalau hanya teori tanpa praktik, kemampuan mereka biasanya tak terasah.

Pelajaran berikut ada Jewelry Design, Diamond reading, color stones, Gem Identification, dan pearl. Untuk Jewelry Design, saya akan ajarkan bagaimana mendesain perhiasan yang indah. Saya memberi ilustrasi dalam gambar berwarna yang indah dengan detail yang menarik.

Lalu, Diamond Granding mempelajari bagaimana menentukan apa yang disebut 4C dari diamond yaitu color, cut, clarit, dan carat menurut GIA International Diamond Granding System. Pelajaran ini juga dilengkapi dengan kemampuan menevaluasi harga diamond di pasaran International.

Apa lagi pelajaran lainnya? Pengenalan batu-batu permata berwarna yaitu mempelajari karakteristik batu permata berwarna. pelajaran ini juga mengetahui bagaimana melindungi diri dari kecurangan atau kesalahan dalam membeli, yang sering terjadi di dalam praktik perdagangan. Selain itu, ada lagi pelajaran identifikasi batu-batu permata berwarna.

 
Defina Paramita, Leticia Paramita, dan Sumarni Paramita

Defina Paramita (kiri), Leticia Paramita (tengah), dan Sumarni Paramita (kanan)

Fasilitas apa saja yang ada di institut Anda? Selain menggunakan alat-alat audio visual, kami juga memiliki alat labolatorium seperti stereo microscope, lampu monochromatic, cairan berat jenis dan lain-lain. bagi siswa Jewelry desig, murid menerima alat dan bahan untuk menggambar.

Seru, lo, saat pelajaran membuat desain ini. Para murid, kan, harus bisa menggambar. Padahal, tidak semua peserta kursus suka menggambar. Saya tekankan pada mereka, walau tak bisa menggambar, kalau ada kemauan pasti bisa. Saya pun sebenarnya tak ahli menggambar. Dulu, saya paling malas mengikuti pelajaran menggambar. Habis kalau di sekolah yang digambar cuma pemandangan, manusia, hewan, dan tetumbuhan.

Dari Kalangan mana saja murid anda berasal? Murid saya berasal dari kalangan pemilik toko perhiasan, calon pemilik dan penggemar permata, serta masyarakat yang ingin lebih profesional di bidang ini. Usia para peserta antara 17 tahun hingga 50 tahun. tiap kelas, murid saya mencapai 30 orang.

Pernah juga, lo, saya diundang mengajar sampai bali. Di situ saya mengajar para salesman. Kepada mereka saya tekankan bagaimana cara pengenalan produk dan penjualan. Meski banyak tawaran ke luar kota, saya sengaja membatasi. Kalau saya turuti, bagaimana murid di Jakarta.

Karena saya enggak bisa sering ke luar kota, mereka yang datang ke Jakarta. Itu sebabnya, banyak murid saya yang datang dari luar kota. Misalnya dari Medan, Bandung, Bali, Makassar. Saya juga kaget dari mana mereka tahu saya. Mungkin mereka dengar dari teman-teman pernah belajar pada saya.

Kalau praktik apa harus selalu menggunakan batu asli? Oh iya dong. Kita, kan, harus bisa membedakan barang asli dan palsu.

Dengan menggunakan batu asli, mereka bisa cepat memahami. Batu yang asli jadi mirip dengan palsu. Kalau kita tak punya keahlian meneliti, bisa-bisa benda palsu tapi kita belinya mahal.

 
Leticia mengajar

Leticia Paramita mengajar para peserta kelas "Diamond Grading" dari Perum Pegadaian

Menurut Anda kenapa minat masyarakat terhadap ilmu ini semakin tinggi? Perhiasan, kan, bagian dari hidup masyarakat. Dari tahun ke tahun, kebutuhan masyarakat yang ingin mendalami tentang batu-batuan semakin banyak. Dengan belajar, mereka tidak bisa lagi dikibuli. Saya pernah dengar pengalaman dari murid saya. Ceritanya dia pernah beli batu-batuan dengan harga yang tinggi. ternyata, yang dia beli cuma benda palsu berupa kaca atau beling yang tak berharga. Nah, dengan belajar di sini, mereka jadi paham batu-batu berharga.

Ilmu Anda tentang desain perhiasan Anda praktikkan? Lantas, apa bisa Anda disebut desainer perhiasan? Ya, habis kalau sudah mendesaintapi enggak dipraktikkan, ya percuma saja menggambarnya. Saya sudah berhasil mendesain puluhan hingga ratusan. Biasanya, setelah saya membuat desain, saya akan pergi ke pembuatnya di dalam negeri atau luar negeri. Saya mendesain si sela-sela jam kerja saya.

Awalnya, ada teman yang inginmerried. Namun, untuk cincin perkawinanya, dia tak tahu mau bikin apa. Untuk itu saya berikan solusinya. Biasanya saya sesuaikan dengan tema acara yang akan diadakan. Ada lagi teman saya yang mau memberi hadiah buat mamanya. Saya memberikan ide untuk merancang perhiasan. Ternyata mereka memang tertarik dengan kreasi saya.

Sambil mendesain, saya bisa juga memberi penjelasan bagaimana membuat batu safir kecubung yang diikat dengan emas putih. Hasilnya jadi barang seni bernilai tinggi. Jadi, sebenarnya kreasi saya bukan dari batu berlian yang harganya mahal. Buktinya jika mau pesan, pelanggan bisa ancar-ancar saya memberi bujet Rp 3 juta.

Jadi, seorang desainer itu bukan hanya mendisain harga batu yang mahal. Sesungguhnya ide atau kreasinya itulah mahal. Dengan batu yang tak terlalu mahal, kita tetap bisa berkreasi dan menghasilkan sesuatu yang indah.

Bagaimana Anda tahu desain yang mereka inginkan? Kami berdiskusi. Dengan begitu saya tahu bentuk dan kreasi yang mereka inginkan. Baru-baru ini, saya mendesain kalung yang di sekelilingnya diberi model daun-daun menjuntai dan mata kalung itu bisa dicopot jadi bros.

( Sambil wawancara, Leticia menunjukkan beberapa kreasi batu-batu yang diikatnya dengan emas putih. Ada yang berbentuk bunga, daun, dan ada pula yang abstrak. )

Dari mana dapat ide membuat desain? Biasanya muncul dari mana saja. Misalnya ketika jalan ke mal atau bisa juga baca buku, majalah, atau nonton acara fashion perhiasan. Sampai saat ini, kalau pergi ke mana-mana saya selalu bawa buku, lo. Apa yang saya lihat, seketika bisa langsung saya tuangkan ke buku. Siapa tahu gambar yang saya tuangkan tadi bisa berguna untuk dikemdian hari.